Pages

Minggu, 10 November 2013

Aku Bukan Ikhwan CENGENG

7 muharram 1435 H.
at ponpes tahfidzul Qur'an in bonto baddo.

Selama beberapa hari kemarin, kami telah mengalami pengemblengan yang cukup berarti bagi kelangsungan hidup kami kedepanya. Tepatnya kehidupan kami sebagai seorang Muslim. Dimana kami dituntut untuk lebih profesional lagi. Dituntut lebih untuk bisa menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Mulanya ide ini terlontar dari Murabbi (guru, kakak dan saudara) kami untuk mengikuti ikhtibar (ujian) kenaikan Marhalah dari yang sebelumnya selama 3 tahun ini kami di bina dan diajari oleh murabbi kami di marhalah ta'rifiah (jenjang pemula). Dan selama itu pula kami banyak mendapatkan sebuah pengetahuan berarti yang bukan tanpa arti. Bahkan melebihi dari apa yang sebelumnya kami harapkan. Dan saat itu pun terlontar kalimat dari murabbi kami untuk naik marhalah ke marhalah takwiniah. Sempat terbersik dalam diri kami "apakah kami sudah sanggup? sudah siap? dan sudah bisa mengemban amanah yang menurut kami sangat berat?". Hal itu terbukti dari keseharian murabbi kami yang telah lama menjadi ikhwa dengan predikat bermarhalah takwiniah. Beliau tidak memiliki waktu istirahat yang cukup. Hari-harinya diisi dengan segala macam kesibukan. Mulai dari tarbiyah nya sendiri. Hingga Halaqoh (kelompok tarbiyah) yang dia bina. Bukan sebuah bualan semata. Bahwa halaqoh  yang beliau bina tergolong lumayan banyak. Dan juga orang-orang yang beliau bina adalah orang-orang jempulan. Pikiran itu terus menggangu kami. Bahkan ketika ikhtibar telah selesai kami ikuti.

Namun, seiring dengan perjalanan waktu, akhirnya hari Daurah telah tiba. Maka berangkatlah kami para pelaku Da'i utusan kampus untuk mengikuti daurah tersebut. Ditempat daurah kami, tidak membuat kami langsung patah semangat. Karena, orang-orang yang ikut daurah juga adalah teman-teman kami dari LDK (lembaga dakwah kampus) yang kami sama-sama aktif dalam berbagai kegiatan. Tapi, ada beberapa hal yang membuat dada muda kami membara. Karena ada orang yang lebih tua dari kami, lebih bersemangat untuk ikut daurah tersebut. Bukan main, semangat kami terpacu untuk bisa lebih dari pemuda yang lumanya telah lama mengecap pahit manis dakwah dan saat itu pula, beliau masih memiliki predikat ikhwa ta'arif. Lalu dimana letak semangatnya.....????
itu terletak pada saat-saat materi selama 3 hari kami ikuti. MasyaAllah.... bukan main Mujahadah dari kakak, dan orang yang kami tuakan tersebut. Tapi tetap, kami merasa iri. Tapi, ini kan iri yang di Halal kan oleh Allah azza wajalla. ia kan...???
Na'am, kenapa saya memberikan judul diatas " aku bukan ikhwa cengeng"...???
karena diakhir daurah, saya sempat memeluk manta murabbi ku untuk yang pertama dan terakhir kali. Itulah pertama dan terakhir kali saya pribadi menangis di pundaknya. Bukan karena pelepasan ini akhi...????
BUKAN....
tapi karena rasa mahabbah (rasa cinta) yang telah Allah tanamkan dalam diri pribadi ini. Atas kehendak-Nya, saya berada dalam majelis yang dibawakan oleh murabbi pertama saya. Ustad SUDIRMAN TAHIR S.Pdi.
3 tahun bukan waktu yang lama akhifillah. Bukan juga waktu yang sebentar. Dan perlu kalian ketahui, bahwa 3 tahun kebersamaan kami semua, itu telah memberikan buah mahabbah kepada sesama kami kaum muslimin. Mulai dari cuap-cuapnya sampe kepada ranah saling marah-marahan. Bukankah sangat lucu...???
Siapa mereka....???
Siapa itu Sudirman Tahir....???? Salam Fadillah Alzah???? Rohandi??? Muh. Fadli??? Achmad Rizkal (abu bathn)??? Mustakim Kamaruddin???? Baharuddin??? Muammar ??? Achmad Syahroma ??? Suharjum???

SIAPA MEREKA ?????




Mereka Adalah SAUDARAKU YANG DI PERTEMUKAN KARENA KECINTAAN AKAN DIEN INI. KARENA ALLAH AZZA WAJALLA TELAH MEMPERTEMUKAN KAMI DALAM BINGKAI UKHUWAH. DALAM BINGKAI MAHABBAH. DALAM BINGKAI TARBIYAH.

Siapa yang tak sedih coba??? 3 tahun, lalu melalu daurah ini kami di pisahkan dari sesorang yang berjasa. Mengenalkan kami akan INDAHNYA SUNNAH, INDAHNYA TARTIL QUR'AN, DAN INDAHNYA UKHUWAH.

Padahal kami tidak terhubung darah. Bukankah Kaum Muhajir dan Anshar pun begitu? bahkan yang lebih GREGETnya lagi, mereka saling tukar atau memberi istri dan sebagian harta mereka. WAW.... melebihi dari sebuah norma kemasrakatan diIndonesia dong??? 
Tapi itulah ISLAM. Islam bukan mengajarkan kita saling tukar istri. BUKAN. Tapi islam mengajarkan kita akan indahnya sebuah UKHUWAH.


(bersambung)....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas perhatian nya!!! ^^