Pages

Minggu, 31 Januari 2010

Sebuah pengharapan

saat ini dimana saya berada, rumah saya, tempat saya untuk mencari peruntungan, dan tempat saya untuk meluapkan segala jenis perasaan saya adalah sebuah tempat yang menjadi tempat peruntungan dan perbandingan saya. tapi hampir selama tiga bulan ini saya tidak mendapatkan apa. dalam tanda " adalah ruhaniah" untuk membangun sebuah bahtera yang kan siap saya arungi ketika telah sampai tiba waktu kita. tapi untuk sementara kita tak usah membahas mengenai kapan dan dimana bahtera itu kan ku labuhkan. tapi dimana dan kapan bahtera itu saya buat. karena sekarang saya telah lalai dalam menjaga bahtera dan tempat pembuatannya. tak seperti biasanya, saya dan para muslimin dan muslimah sekalian berlomba-lomba tuk mencapai sebuah tempat yang telah dijanjikan oleh-Nya. karena telah termaktub dalam kitab yang disakralkan oleh-Nya. Allah SWT. tak pernah ku sebangsat ini, tak pernah aku sehina ini ketika para muadzin mengumandangkan suara-suara untuk memanggil kita menuju-Nya untuk menyembah-Nya. sebuah penghinaan terhadap diriku, yang tak sadar telah mendapatkan anugreah terindah darinya!!!bukankah kita dilahirkan untuk menyadari betapa indah dan agungnya diri-Nya. betapa harum bau wangi surganya, dibanding dengan bau kesturi!
tapi kenapa kita masih saja lalai. terutama saya. yang membela sebuha ibadah wajib kepada teman, kawan, keluarga, bahkan kepada diri saya sendiri.
sebenarnya siapa diri saya ini?
kenapa saya ini?
bahkan para tentor ESQ takkan dapat menbawa saya tuk mendapatkan diri saya.
mereka mungkin telah mendapatkan makna hidup dari mereka sendiri tapi tidak saya..........

Sabtu, 30 Januari 2010

Laman di hatiku

ketika akan memulai sesuatu terkadang timbul sebuah perasaan yang mendalam akan sesuatu. lama dan lama ku nantikan apa itu!!!! tapi tak satu jua pun tersingkap! betul bahwa terkadang ketika kita akan melakukan sesuatu tak baik jika berkhayal diatas penantian kita!, tak pelak itu akan berubah menjadi malapetaka bagi kita. kenapa? karena sesuatu itu adalah kepunyaan-Nya. kita tak pantas tuk menyandingkan diri kita kepada-Nya. karena kita adalah manusia biasa. bukan NABI ataupun RASUL.  karena mereka pada pendahulu kita telah mendapatkan tempat terindah di dalam surga-Nya!!!
pembatasan pemikiran ini yang membuat saya tuk menjadi lebih sadar untuk terus merapat kembali kepada-Nya setelah lama tidak bertasbih kepada-Nya.
"semua ini hanyalah permulaan, ketika kita meninggalkan dunia maka perjalanan kita pun dimulai. dan akhir dari segalanya itu adalah sebuah penantian yang selama ini telah di tetapkan oleh-Nya."

Selasa, 19 Januari 2010

Aku Mencintaimu Karena Engkau Adalah Jalanku Untuk Mencintai Allah

Hari itu di pemakaman, siang begitu terik dan menyengat. Para pelayat yang kebanyakan berbaju hitam memadati lokasi pemakaman. Di antara begitu banyak orang, wanita cantik itu berdiri mengenakan pakaian dan kerudung berwarna putih, ekspresi tenang terlihat di raut wajah yang tersaput kesedihan.

Pada saat penguburan berlangsung, sebelum jenazah dimasukkan ke liang lahat, wanita itu mendekati jenazah yang terbungkus kain kafan kemudian mencium bagian kening jenazah dan membisikkan kata-kata tak terdengar dengan perasaan dan suasana yang sulit kulukiskan. Aku melihat keharuan di antara para pelayat menyaksikan adegan itu.

Wanita itu adalah istri dari laki-laki yang pada hari itu dikubur. Setelah acara penguburan selesai satu persatu pelayat mengucapkan kalimat duka cita kepada wanita tersebut yang menyambut ucapan itu dengan senyuman manis dan kesedihan yang telah hilang dari wajahnya, seolah-olah pada saat yang seharusnya menyedihkan itu dia merasa bahagia.Kudekati wanita itu.

"Kak, yang sabar ya, insya Allah abang diterima dengan baik di sisi-Nya," ujarku perlahan. Dia menatapku dengan senyuman tanpa kata-kata. Rasa penasaran menyeruak dalam hatiku melihat ekspresinya. Tapi perasaan itu tidak kuungkapkan.

Beberapa hari setelah pemakaman itu, aku datang ke rumah wanita itu.
Kudapati ia sedang mengurus kembang mawar putih seperti apa yang sering
dilakukannya. Kusapa dia dengan wajar, "Assalaamu'alaikum, sedang sibuk
kak?" tanyaku

"Wa'alaikusallam. .. Oh adik, ayo duduk dulu," jawabnya seraya membereskan perlengkapan tanaman.

"Saya mengganggu kak?" tanyaku lagi,

"Kenapa harus mengganggu dik, ini kakak sedang menyiapkan bunga untuk dzikir nanti malam," jawabnya.

Sesaat setelah jawaban terakhir suasana hening terjadi di antara kami.
Dengan hati-hati kuajukan perasaan yang selama beberapa hari mengganjal di hatiku. "Kak, apakah kakak tidak merasa sedih dengan kepergian abang?" tanyaku.

Dia menatapku dan berkata, "Kenapa adik bertanya seperti itu?"

Aku tidak segera menjawab karena takut dia tersinggung, dan, "Karena kakak justru terlihat bahagia menurut adik, kakak tersenyum pada saat pemakaman dan bahkan tidak mencucurkan airmata pada saat kepergian abang," ujarku.

Dia menatapku lagi dan menghela nafas panjang. "Apakah kesedihan selalu
berwujud air mata?" Sebuah pertanyaan yang tidak sanggup kujawab. Kemudian dia meneruskan kembali perkataanya. "Kami telah bersama sekian lama, sebagai seorang wanita aku sangat kehilangan laki-laki yang kucintai, tapi aku juga seorang istri yang memiliki kewajiban terhadap seorang suami. Dan keegoisanku sebagai seorang wanita harus hilang ketika berhadapan dengan tugasku sebagai seorang istri," katanya tenang.

"Maksud kakak?" aku tambah penasaran.

"Sebuah kesedihan tidak harus berwujud air mata, kadang kesedihan juga
berwujud senyum dan tawa. Kakak sedih sebagai seorang wanita tapi bahagia sebagai seorang istri. Abang adalah seorang laki-laki yang baik, yang tidak hanya selalu memberikan pujian dan rayuan tapi juga teguran. Dia selalu mendidik kakak sepanjang hidupnya. Abang mengajarkan kakak banyak hal. Dulu abang selalu mengatakan sayang pada kakak setiap hari bahkan dalam keadaan kami tengah bertengkar. Kadang ketika kami tidak saling menyapa karena marah, abang menyelipkan kata sayang pada kakak di pakaian yang kakak gunakan. Ketika kakak bertanya kenapa? abang menjawab, karena abang tidak ingin kakak tidak mengetahui bahwa abang menyayangi kakak dalam kondisi apapun, abang ingin kakak tau bahwa ia menyayangi kakak. Jawaban itu masih kakak ingat sampai sekarang. Wanita mana yang tidak sedih kehilangan laki-laki yang begitu menyayanginya? Tapi ..."

Dia menghentikan kata-katanya.

"Tapi apa kak?" kejarku.

"Tapi sebagai seorang istri, kakak tidak boleh menangis," katanya tersenyum.

"Kenapa?" tanyaku tidak sabar. Perlahan kulihat matanya menerawang.

"Sebagai seorang istri, kakak tidak ingin abang pergi dengan melihat kakak sedih, sepanjang hidupnya dia bukan hanya laki-laki tapi juga seorang suami dan guru bagi kakak. Dia tidak melarang kakak bersedih, tapi dia selalu melarang kakak meratap, kata abang, Allah tidak suka melihat hamba yang cengeng, dunia ini hanya sementara dan untuk apa ditangisi."

Wanita itu melanjutkan, "pada satu malam setelah kami sholat malam
berjamaah, abang menangis, tangis yang tidak pernah kakak lupakan, abang berkata pada kakak bahwa jika suatu saat di antara kami meninggal lebih dahulu, masing-masing tidak boleh menangis, karena siapa pun yang pergi akan merasa tidak tenang dan sedih, sebagai seorang istri, kakak wajib menuruti kata-kata abang."

"Pemakaman bukanlah akhir dari kehidupan tapi adalah awal dari perjalanan, kematian adalah pintu gerbang dari keabadian. Saat di dunia ini kakak mencintai abang dan kita selalu ingin berada bersama dengan orang yang kita cintai, abang adalah orang baik. Dalam perjalanan waktu abang lah yang pertama kali dicintai Allah dan diminta untuk menemui-Nya, abang selalu mengatakan bahwa baginya Allah SWT adalah sang Kekasih dan abang selalu mengajarkan kakak untuk mencintai-Nya. Saat seorang Kekasih memanggil apakah kita harus bersedih? Abang bahagia dengan kepergiannya. Dalam syahadatnya abang tersenyum dan sungguh egois jika kakak sedih melihat abang bahagia," sambungnya.

Tanpa memberikan kesempatan untuk aku berkata, serangkaian kata terus
mengalir dari wanita itu,

"Kakak bahagia melihat abang bahagia dan kakak ingin pada saat terakhir
kakak melihat abang, kakak ingin abang tau bahwa baik abang di dunia maupun di akhirat kakak mencintainya dan berterima kasih pada abang karena abang telah meninggalkan sebuah harta yang sangat berharga untuk kakak yaitu cinta pada Allah SWT. Dulu abang pernah mengatakan pada kakak jika kita tidak bisa bersama di dunia ini kakak tidak perlu bersedih karena sebagai suami istri, kakak dan abang akan bertemu dan bersama di akhirat nanti bahkan di surga selama kami masih berada dalam jalan Allah. Dan abang telah memulai perjalanannya dengan baik, doakanlah kakak ya dik semoga kakak bisa memulai perjalanan itu dengan baik pula. Kakak sayang abang dan kakak ingin bertemu abang lagi."

Kali ini kulihat kakak tersenyum dan dalam keheningan taman, aku tak mampu berkata-kata lagi.

SAMBUTAN HANGAT LIMA BELAS MENIT

Saya keluar dari Bandara Internasional O'Hare di kota Chicago dan bergegas menuju taxi yang sudah menunggu. Saya disambut dengan seorang sopir taxi dengan janggut lebat, memakai topi baseball dan tangan kekar bertato.

Ketika melemparkan kopor saya ke dalam bagasi mobil, dia membaca kartu nama yang ditempel di kopor dan berkata, "Anda dokter apa?"

"Dokter hewan," jawab saya. Segera, wajahnya yang kaku mencair berubah menjadi sebuah senyuman. Hal ini selalu dihadapi oleh dokter hewan, karena orang-orang senang membicarakan hewan piaraan mereka.Pintu ditutup, dia mengoper gigi mobil dan membuka percakapan, "Istri saya mengklaim kalau saya lebih mencintai Missy anjing pudel saya, lebih daripada mencintainya. Dia ingin agar saya menyambut dia seperti saya menyapa Missy. Tapi dokter, hal itu tidak mungkin dilakukan. Anda tahu, ketika saya pulang setelah seharian berada di kursi mobil, begitu lelah, saya membuka pintu rumah dan ada dua yang menyambut saya, yaitu Ma, istri saya dan Missy. Wajah Ma sangat kusut dan siap melampiaskan semua amarahnya. Sebaliknya, Missy yang ada disampingnya, sibuk menggoyangkan ekor dan tubuhnya, sangat gembira dan tidak sabar untuk menemui saya - senyumnya sangat lebar. Sekarang coba dokter pikirkan, siapa yang pertama kali akan saya dekati?"

Saya menganggukkan kepala menyetujui pendapatnya karena saya sangat memahami situasi yang dihadapinya. Dia mencintai istrinya, tapi dia hanya butuh kesempatan untuk menerima lima belas menit sambutan hangat dari Missy anjing pudelnya.

Setiap orang menginginkan sambutan hangat saat pulang ke rumah. Dan para pemilik hewan piaraan selalu mendapat lima belas menit sambutan hangat saat pulang ke rumah - bahkan saat kembali dari kamar sebelah.

Beberapa hari setelah bertemu dengan sopir taksi di Chicago, saya pulang. Saya sangat lelah setelah perjalanan panjang ini dan sangat rindu bertemu keluarga saya.

Dalam perjalanan pulang saya mengintip dari jendela mobil, mencari-cari orang-orang yang saya cintai. Dua anak saya, Mikkel dan Lex yang walaupun sangat dengat dengan ayahnya, tetapi saya tidak melihat wajahnya mengintip di jendela menyambut saya. Atau bahkan istri tercinta saya, Teresa, sangat mustahil membayangkan seperti kejadian yang ada di filem, berlari dengan gerak lambat melintasi halaman rumah dengan tangan terbuka untuk siap untuk memeluk.

Tetapi saya tidak kecewa. Saya tahu masih punya yang saya inginkan, yaitu dua pahlawan saya yang setia, Scooter, anjing fox terrier dan Sirloin, anjing labrador retriever warna hitam legam.

Begitu saya sampai depan pagar, Sirloin dan Scooter sudah ribut tidak sabar untuk menjemput saya. Mata mereka berbinar-binar gembira dan mengibas-ngibaskan ekor dengan lincah.

Apakah ini hanya sebuah kebiasaan rutin atau sambutan tulus untuk saya? Apakah kemudian saya diam saja, acuh tak acuh, atau bahkan tidak memperdulikannya?

Kenyataannya, saya melupakan semua aturan itu. Saya segera keluar mobil dan tidak sabar bergegas memeluk Scooter dan Sirlon dengan bulu-bulu lembutnya.

Saya menerima sambutan hangat mereka dengan membuang semua basa-basi dan aturan protokoler. Saya menjadi diri sendiri, yang kelebihan berat badan, dengan kepala pening, kelelahan karena perjalanan panjang - semua itu sama sekali tidak menjadi masalah. Scooter dan Sirloin datang dengan membawa pertolongan emosional dan membiarkan saya merasakan kehangatan sambutan serta keceriaannya dalam waktu yang benar-benar saya butuhkan. Saya sungguh puas dengan penyambutan mereka.

Saya senang meluangkan saat-saat pribadi di rumah saya sendiri. Saya tersenyum dan menaikkan suara saya satu oktaf dan berseru, "Sirloin, kamu gagah sekali ya?" dan "Scooter, kamu hari ini tidak bandel khan? Kamu cantik sekali!"

Mereka menanggapi dengan menggoyangkan tubuhkan gembira, dan menggelayutkan serta berputar-putar diantara kaki saya. Saya merasa mendapat aliran tenaga baru. Kegembiraan saya pulih ketika melihat tingkah mereka memberikan sambutan hangat. Ya, saya senang sekali bisa pulang kembali!

Setelah itu saya menapaki anak tangga masuk ke dalam rumah untuk menemui keluarga dengan hati yang terbuka, beban yang lenyap dan semangat yang telah pulih karena sambutan hangat lima belas menit oleh Scooter dan Sirloin.

---------------------------
(Oleh Marty Becker)

Jalan Menjadi Pencinta-Nya

Ada kalanya hidup tidak berjalan sebagaimana kita harapkan. Gelombang ujian dan cobaan seakan tak henti menerpa. Dari yang hanya membuat kita tertegun sejenak hingga yang menjadikan kita terkapar tak berdaya karenanya. Pedih dan getir pun menjadi rasa yang tertuai.

Saudaraku, yang perlu terus kita yakini bahwa getirnya hidup tidaklah menandakan rahmat Allah telah sirna. Perihnya cobaan, bukanlah isyarat bahwa kemurkaan Allah sedang menggelayuti kehidupan ini.Sebaliknya, getir dan perihnya rasa yang kita alami itu, dapat menjadi tanda bahwa Allah sedang menghapus dosa-dosa yang pernah kita perbuat. Karena ada dosa yang tidak bisa dihapuskan kecuali oleh rasa getir dan perih. Ada dosa yang tak terhapus hanya oleh air mata penyesalan. Ketika pedihnya terasa, disanalah dosa akan terampuni. Saat getirnya membuncah, disitulah kesucian akan tertuai. Hasilnya, hati pun menjadi tenang dan keberkahan hidup menjadi jaminan.

Atau bisa jadi, itu semua menjadi tanda bahwa kita sedang dipersiapkan untuk menerima nikmat yang lebih besar, yaitu menjadi kekasih Allah atau para pencinta-Nya. Dan untuk menjadi para pencinta-Nya, haruslah siap diuji. Itu adalah harga yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Sebuah keniscayaan yang telah menjadi sunatulllah-Nya.

Kita harus siap-siap digerinda, yang merupakan syarat untuk bisa dekat pada Allah. Gerindaan yang berbentuk ujian dan cobaan, akan terus-menerus menghampiri. Ia tidak akan hilang hingga segala karat-karat dosa kita, terkikis olehnya.

Seperti buah kelapa, untuk dapat diambil santannya, ia harus dijatuhkan terlebih dahulu dari pohonnya yang tinggi. Kemudian, kulitnya harus dikelupas dengan paksa hingga tak tersisa lagi. Setelah bersih, ia lalu dibelah menjadi beberapa bagian. Setelah itu, potongan-potongan kelapa tersebut lalu diparut hingga hancur dan hanya menyisakan ampasnya. Apakah telah selesai? Tentu saja belum, karena ampas kelapa itu akan diperas hingga keluarlah santan, yang disana manfaatnya baru terasa.

Begitu juga sifat dari cobaan dan ujian. Ia akan terus melumat dan menghancurkan segalanya, hingga yang tersisa adalah bagian-bagian dari diri kita yang secara kualitas, telah siap menjadi para pencinta-Nya.

Karena itu, saat gerinda telah datang, segeralah bertobat agar tak hanya pintu tobat yang terbuka, namun status menjadi pencinta-Nya pun akan menjadi milik kita. Tetapi bila gerinda itu belum tiba, jangan terlena olehnya. Tetaplah mendekatkan diri pada-Nya dengan selalu menempatkan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam hidup kita.


----------sumber:cyberMQ.com
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]
baru baru nge postingan lagi!! tapi sebenarnya kawan-kawan ku sekalian maupun kakak-kakak ku sekalian!! postingan ini adalah hasil karya dari teman kita. saya hanya mengCOPAS nya. Mohon di maklumi jadi saya mohon maaf jikalau saya hanya sebagai Plagiator saja. karena saya hanya ingin teman-teman juga membaca apa yang sebenarnya menjadi bahan renungan kita semua. terima kasih sebelumnya dan maafkan jika postingan saya ternyata tidak bagus ataupun tidak memikat hati teman-teman sekalian.