Pages

Jumat, 25 Mei 2012

SURAT UNTUK BAPAK


Beliau adalah sosok yang sederhana. Kesan pertama banyak orang terhadap beliau adalah sosok yang ramah terhadap sesama dan pekerja keras. Aku adalah anak laki-laki seorang dikeluarga. Beliau mengajarkan kepadaku. Bagaimana dapat mengarungi kehidupan dengan penuh kekuatan dan bagaiman kita menyikapi kegagalan dengan penuh kesabaran dan berusaha lebih lagi agar tujuan yang dicita-citakan dapat tercapai.

Semenjak kecil, salah satu hal yang terlintas dikepala ku ketika pagi hari di SD tempat aku sekolah dulu. Sudah menjadi kebiasaan datang ke sekolah pagi-pagi sekali. Pukul enam pagi aku sudah sampai ke sekolah. Dan saat-saat setelah itu banyak teman-teman yang diantar ayanya ke sekolah. Sebagai seorang anak SD aku bermimpi dapat seperti mereka, ke sekolah diantar dengan mobil pasti enak, tapi apakata beliau ketika aku ingin diantar kesekolah. Aku tak ingat jawaban pasti dari beliau tapi….
Seingatku beliau ingin mengajarkan kepadaku bagaimana harus MANDIRI. Hidup dengan penuh kebersahajaan dan ketekunan.

Beliau adalah sosok yang keras nan humoris. Ia sering bercengkrama dengan ketiga cucunya yang masih lucu-lucu. Hampir setiap pagi anakku sabila sering dijemur dibawah matahari pagi. Bercanda dengan ibu seperti sepasang kekasih yang baru saja mengucapkan janji sehidup semati. Beliau juga orang yang jarang mengeluh, ketika ia menderita pusing jarang sekali ia mengaduh. Beliau hanya diam dan istirahat diatas tempat tidur. Serba bisa. Beliau dapat melakukan hal apa saja yang berurusan dengan rumah tangga. Mulai dasri mengasah pisau, memasang stop kontak, sampai membetulkan pompa air, mobil, sampai memasak pun beliau jagonya.

Bukan hanya kehidupan duniawi saja beliau adalah orang yang patut dicontoh. Urusan akhirat pun beliau adalah suri tauladan kami di rumah. Shalat Tahajjud yang tak pernah putus, shalat dhuha yang setiap hari beliau jalnkan hingga lima waktu yang begitu rajin ke mesjid. Ia adlah imam kami dirumah, pun begitu beliau adalah sosok yang dikagumi di lingkungan masyarakat kami. Kepeduliannya terhadap lingkungan sehingga menjadikan beliau sosok yang dituakan.
Sudah seminggu lebih sejak aku menulis catatan di atas. Baru hari ini aku sanggup dan sempat untuk menulis lagi. Cerita tentang bapak memang tak kan pernah habis. 24 tahun lebih mengiringi aku hidup semenjak kecil hingga sekarang. Pendiriannya yang kuat seolah peka zaman, sangat mempengaruhi pola piker ku sekarang. Tidak mau menyusahkan orang lain juga satu hal ini yang bapak junjung tinggi dalam hidup. Ia seolah orang yang dapat berdirin kokoh diantara ombak masalah kehidupan datang mendera. Keuletannya dalam menyonsong  hidup patut dicontoh oleh semua anak-anaknya. Dengan segala atribut yang dimiliki bapak, kebiasannya, becandanya, sungguh membuat kami rindu kepadanya, semua kesedihan itu hanya dapat ku obati dengan do’a yang tak pernah henti ku panjatkan kehadirat Allah Subhanallah Wata’ala untuk bapak.

Ia adalah tipe orang yang jarang memuji di depan anak-anaknya. Namun aku yakin di dalam hatinya yang paling dalam ia pasti bangga kepada anak-anaknya. Pujian yang jarang dilontarkan menurut pandangan ku, bapak ingin anak-anaknya kuat dalam menghadapi hidup, mau dan mampu bekerja keras sehingga tidak terlena dengan kecukupan yang kami alami sekarang. Didikannya yang cenderung konvensional namun saat ini kami rasakan begitu indah dan bermanfaat untuk mengarungi hidup di dunia dan bagaimana harus membekali diri untuk kampung akhirat. Bagaimana ia mengajarkan shalat berjamaah di Mesjid, meski tak pernah sepatah kata pun terlontar dari mulutnya untuk mengajak ku shalat, bertahun-tahun ia lakukan shalat berjamaah semenjak aku disekolah dasar sampai kemudian aku SMA, aku baru memulai mengikuti jejak bapak untuk shalat di Mesjid. Contoh, adalah pil yang paling mujarab untuk mengajak orang dalam kebaikan. Dibandingkan dengan orang yang suka celoteh namun tak pernah dikatakan, namun dengan didikan contoh yang diajarkan bapak membuat aku seperti terbius dengan kebiasannya itu.

Bapak adalah orang yang tidak bisa berbicara di depan umum. Maka tidak heran ia tidak pernah ceramah di Mesjid kami. Namun ia orang yang gemar memberikan nasihat-nasihat kehidupan yang penuh makna dihadapan kami ketika waktu makan tiba. Sampai pada akhir hayatnya ia tidak pernah mengeluh. Masih hangat terekam kejadian dua minggu lalu, tepatnya tanggal 21 Agustus 2008. Aku pulang di rumah sehabis dari kantor sekitar pukul 6 sore. Rutinitas ku masih seperti biasa, pulang kerja langsung shalat  berjamaah di Masjid dengan bapak ada diantara jamaah tentunya. Setelah itu aku pulang ke rumah dan waktu berjalan cepat sampai waktu isya tiba. Kali ini bapak yang menjadi imam. Tak ada perasaan menggelayut waktu itu. Semua berjalan seperti biasanya, sampai ketika kami memutuskan untuk makan malam di rumah bapak, kebetulan jarak rumah ku dengan orang tua hanya beberapa meter saja, ia berkata “makan aja duluan nanti bapak nyusul, dada bapak agak sesak nih”, begitulah gumamnya, kami melanjutkan makam malam bersama.

Ketika makan selesai kami mengunjungi bapak di kamarnya, ternyata ia kegerahan, aku lap keringatnya yang membasahi sekujur tubuhnya. Kakak ku mengeluarkan angin dengan cara mengkop badannya. Tak lama kemudian ia sendawa. Senang rasanya mendengar angin yang keluar, akhirnya aku putuskan untuk pulang ke rumah ku.

Ketika aku ingin ganti baju, terdengar suara teriakan ibu yang membuat jantung ku berdetak bergitu kencang, aku lari menghampiri rumah dan mendapati bapak sudah tak sadarkan diri, kakak kudapati telah menangis, namun aku tahu peristiwa itu adalah peristiwa malaikat pencabut nyawa yang sedang memisahkan ruh bapak dari badannya, tak ada perasaan sedih yang menghinggapi aku waktu itu, yang ada adalah kewajiban seorang anak yang harus mentalkin kalimat Laa Ilaha Illallah Muhammadarrasulullah, tergerak bibir bapak mengikuti ajaran ku…..

Ternyata itu adalah momen yang paling mengharu biru perasaan ku selama aku hidup. Bapak meninggal di atas pangkuan ku, peristiwa yang sangat mengetuk keimanan ku, terbayang ketika nanti aku mengalaminya. Engkau telah menunjukkan kekuasaan-Mu padaku hari ini, bahwasanya setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati (Q.S Al-Ankabut : 57)

Ya Rabb, ampuni dosa kami dan golongkanlah kami termasuk orang-orang yang beruntung hidup di dunia….
Kami akan terus mendo’akan mu pak, sampai ketemu di akhirat…..


Disadur dari sebuah artikel lama yang tersimpan rapi dalam kardus kusam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas perhatian nya!!! ^^